Monday, August 17, 2015

275 days Deadline!

Hidup perlahan terasa semakin lengkap. Punya keluarga kecil, kesehatan juga rezeki yang melimpah ruah, dan yang paling disyukuri dukungan keluarga yang nggak ada habisnya. Perlahan hal-hal yang dulunya nggak pernah ada dipikiran gue, terjadi mengalir begitu saja seiring dengan doa. Pertanyaan basi yang sering dilontarkan orang-orang sekitar terjawab sudah, padahal mereka juga nggak peduli dengan jawaban ini. Rencana hidup yang dibuat memang nggak ada urusannya dengan orang lain, namanya juga rencana hidup, yang tahu keadaan dan situasi yaa diri sendiri. Kasarnya, 'hidup.. hidup gue, kenapa lu yang repot mikirin'. Beruntungnya gue, nggak pernah terpengaruh untuk urusan seperti itu, jalanin saja, toh orang lain hanya tahu luarnya saja.

Rencana berujung hasil, kalau nggak ada hasilnya buat apa berencana. Hamil itu rencana, bayi keluar itu hasilnya. Semacam deadline, waktu hamil setiap bulan menjadi deadline gue untuk bikin pertumbuhan bayi sesuai dengan umurnya. Persalinan yang maju seminggu dari perkiraannya juga kayak klien yang tiba-tiba minta jadi hari itu juga. Umur kehamilan yang waktu itu sudah mencapai 39 minggu 2 hari, hasil rekam jantung bayi (CTG) dengan rata-rata 120, dan pembukaan satu setelah (yang niatnya hanya) kontrol ke dokter, harus siap untuk melakukan persalinan.

Sedikit cerita, sebelum sampai di ruang observasi dan membuat panik dokter jaga, bidan, dan suster, gue dan suami dengan pedenya memilih untuk jalan-jalan dulu ke Gandaria City setelah kontrol dokter saat itu. Mungkin karena gue dari mall, capek jalan, alarm alat CTG bunyi pertanda pulsenya dibawah rata-rata, nggak lama kembali normal. Gue menginap semalam di ruang observasi, merasakan kontraksi, tidur berdua sama suami, dan bolak-balik ke kamar mandi karena kontraksi membuat tekanan antara ingin buang air kecil maupun buang air besar yang nggak keluar. Setiap melihat jam dan kontraksi menjadi susunan puzzle tameng mental menghadapi saat-saat bayi minta keluar. Sampai akhirnya jam 10.00 wib pembukaan tiga yang diikuti pecah ketuban, jam 11.00 wib bayi sudah keluar.

Nggak perlu gue jelaskan bagaimana rasanya melahirkan normal atau spontan, memang susah diungkapkan dengan kata-kata. Sakit sekali tapi yang pasti, setelah bayi keluar dan gue peluk untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini), hanya perasaan lega dan bahagia yang tersisa.

Sekarang, deadline gue setiap 2 atau 3 jam sekali, itu baru deadline menyusui, belum lagi pekerjaan rumah tangga maupun melayani suami. Benar kata dokter dan para suster, saat gue bilang, "Kelar deh hamilnya, udah lega." Mereka membalas, "Siapa bilang, justru sekarang baru mulai perjuangannya." 

Yay! punya bayi

Kata-kata gue di posting-an sebelum ini, yang intinya mau fokus mengurus bayi itu ternyata memang harus terjadi. Menjadi mama baru dimasa pemulihan dan harus terus mengurus bayi baru memang susah-susah gampang. Harus mengikuti motto dua minggu pasca persalinan, yaitu 'Bayi tidur, Mama ikut tidur' karena ini penting untuk membantu kelancaran ASI dan pemulihan tubuh mama pasca persalinan.

Beruntung gue dapat cuti melahirkan full tiga bulan. Sebuah deadline lagi bagaimana mengurus bayi tiga bulan yang ditinggal kerja nanti. Sekarang saja mulai ada selipan pekerjaan kantor yang harus diurus, tapi harus tetap fokus, bawa senang saja demi bayi yang masih butuh ASI.
Sampai kapan seperti ini?
Bagaimana cara gue membatasi diri?
Walaupun lelahnya deadline pekerjaan ternyata nggak seberapa dibandingkan dengan mengurus bayi baru. Menjalani 275 hari umur kehamilan, 23 hari mengurus bayi dan masih terus berjalan, rasanya tiga bulan itu kurang.

Deadline menjalani hidup memang pantas dipikirkan secara matang. Membuat rencana agar prosesnya dapat berjalan dengan lancar. Semoga rencana selanjutnya bisa dimudahkan.

Bismillah :) 


Saturday, July 4, 2015

36 Minggu

Awalnya biasa saja, lama-lama rasanya luar biasa. Hal-hal yang nggak pernah gue rasakan sebelumnya, muncul satu persatu membuat kagum atas segala keajaiban-Nya. Sudah berjalan 36 minggu umur kandungan, makin mendekati waktu, makin ada-ada saja yang terjadi.



Strong Woman
Salah satu sebutan yang bisa merangkum berbagai macam hal yang muncul dimasa kehamilan. Merasa payah belakangan ini karena kenyataannya perut gue sudah nggak bersahabat sama t-shirt yang dulu biasa dipakai. Rasa-rasa aneh mulai bermunculan ketika gue nggak membatasi diri dari kegiatan sehari-hari yang mungkin dulu terasa ringan tapi nggak untuk sekarang. Seperti, jalan ke depan komplek, dengan kebiasaan suka ngebut kalau jalan, sekarang bisa ngos-ngosan, pinggang pegal. Duduk saja juga bisa jadi masalah, pinggang bolak balik bisa bunyi 'bretek', sedangkan kerjaan gue bisa menyita waktu cukup banyak untuk duduk. Salah perhitungan kemampuan berujung perut kontraksi, kalau sudah demikian cuma ingin rebahan karena rasanya kencang, sesak, hadap kanan kiri belum tentu dapat meredakan. Serba salah. Tapi gue bersyukur sampai diumur kehamilan ini, nggak pernah flek apalagi sampai bedrest

Kuping di setting kebal anti-omongan-yang-gitu-deh dengan perbanyak senyum, baca buku Kitab Hamil, nanya kedokter dan kakak-kakak gue, sampai browsing ke website terpercaya. Diumur ini gue sering mendapatkan opini "Kok kecil ya perutnya?", "Nggak keliatan udah mau sembilan bulan", "Bayinya kecil tuh". Tapi kenyataannya, little me sudah mencapai 2,5 Kg, berat yang masih sesuai dengan umur kandungan dan postur tubuh gue. Semakin banyak menanggapi semakin kepikiran, ini kurang bagus untuk mood mama hamil. Jadi, bawa santai saja.

Main-main sama little me (yang suka goyang-goyang di dalam) kadang jadi obat senang yang bikin kecanduan. Gerakannya bisa seperti menendang, gerak terus-terusan bikin perut bergerak 'aneh', ngulet, cegukan, gerakan ilusi hanya gue yang merasakan karena nggak kelihatan diluar dan kayak menggelitik kalau gue lagi rebahan miring, juga ada sundulan maut yang bisa bikin gue sprint ke kamar mandi untuk buang air kecil dan juga bikin nggak bisa napas sejenak. 

Nggak usah heran kalau liat mama hamil ngomong sama perut, itu bentuk komunikasi sama bayinya. Kayak gue janjian sama little me yang penurut, buat ajakan puasa, nggak rewel kalau mamanya lagi kerja (kecuali jam sudah menunjukkan pukul 00.00, dia bisa ngulet bikin nyesek yang akhirnya bikin gue pulang kantor), dan salah satunya lagi janjian nggak bikin kulit gue menghitam diarea leher dan muka. Bawa perut ternyata nggak mudah, hal baru ini kadang membuat gue tertawa. 'Perut offside' punya banyak cerita, dari mentok tembok, ketabrak pintu kulkas, nyangkut dimeja makan, sampai ganjel punggung suami waktu bonceng motor custom-nya.

'Dikerjain' Kerjaan
Siapa yang bilang mama hamil pekerja kalau mulai dekat HPL makin santai kerjanya? Bersyukur kalau bisa seperti itu. Mungkin gue salah satu mama hamil yang lagi nggak beruntung karena harus mempersiapkan segalanya-yang tiba-tiba muncul-harus diselesaikan. Kalau dipikir, sih, kerja sampai pagi, menginap di kantor adalah hal gila yang pernah gue lakukan. Banyak teman kantor lain yang suka teriak-teriak suruh gue pulang menjelang malam tapi yang tahu situasi cuma bisa bilang "jangan capek-capek ya" atau lebih banyak diam. Kehidupan kantor memang agak sulit, serba salah, dan saat ini gue cuma bisa menyelesaikan apa yang harus dibereskan sebelum gue cuti. Ingin lekas menyerahkan form cuti hamil enam bulan (ngarep) rasanya. Fokus sebentar untuk anak dan keluarga tersayang. 

Suami No. 1
Disaat seperti ini, dukungan suami dinomor satukan karena dia satu-satunya tempat yang tahu apa yang sebenarnya dirasakan sama mama hamil. Keajaiban juga akan terjadi, suami bisa sangat berubah sifat maupun perilakunya. Mengapa suami sangat penting disaat seperti ini? 
  1. Suami pasangan SAH kita
  2. Yang di dalam perut anaknya juga
  3. Selalu menenangkan mama hamil dengan caranya masing-masing
  4. Tempat curhat
  5. Suami yang nganterin istrinya kemana-mana
  6. Suami yang menghamili istrinya :p
  7. Menemani lahiran
  8. Suami bayarin lahiran
  9. Makin kebawah makin meracau, hehehe... Intinya, suami punya tanggung jawab penuh juga dengan proses kehamilan ini juga sampai anak tumbuh nanti. 


Keadaan badan mama hamil di usia kandungan 36 minggu

Masih mau bilang kalau mama hamil nyusahin? Mungkin sudah hukum alam seperti itu.
Memang nyusahin, mama hamil yang merasakan kewalahan, yang melihat hanya bisa berkomentar, dan yang berpengalaman tahu cara menjaga mulutnya di depan mama hamil. 
Beri semangat untuk mama hamil bukan rasa kasihan, yang dibutuhkan hanya dukungan dan hidup normal seperti mama sebelum hamil, biarkan mama hamil yang membatasi diri karena dia yang mampu merasakan kemampuannya.

Siapkan mental, semangat menyiapkan segalanya!
Bismillah kuat untuk semua mama hamil diusia kehamilan 36 minggu.


- Little me story, Part 4


Friday, April 3, 2015

HENSHIN!


Menikmati secara perlahan perubahan pada badan gue yang terjadi selama 23 minggu ini. Sangat pelan dan sangat dinikmati. Gue bisa lihat perut yang perlahan membesar, awalnya kayak orang kebanyakan makan, beer belly, buncit, sampai sekarang yang sudah bikin orang sadar kalau gue lagi hamil. Sebutannya pun mulai beragam dari baby bump, perut maju, "nah gitu dong perutnya kan jadi keliatan hamilnya", sampai eta gendut. Perut yang lagi kayak gini emang bikin orang penasaran untuk pegang, apalagi kalau ada teman yang belum pernah pegang perut mama hamil sebelumnya.  
Semuanya nggak ada masalah buat gue, akhirnya gue menyadari kalau hamil itu memang mengubah banyak hal. Kayak..


Cara makan. Yang pasti, di dunia yang mulai banyak bahan buatan ini, harus hati-hati untuk memilih makanan. Jadwal makan juga harus teratur atau sebut saja 'laperan', kalau telat jadwal makan utama bisa jadi masuk angin atau terasa mual. Alasan utamanya makan untuk dua orang. Kalau ada cemilan juga bisa nggak berhenti mengunyah. Buah dan sayuran jadi bagian penting, juga makanan lain yang katanya bisa mempengaruhi janin seperti, kacang hijau untuk rambut biar lebat, kelapa hijau untuk bayi bersih saat lahir, dan lainnya.

Jam istirahat. Istirahat dari kebanyakan duduk dan kebanyakan jalan cepat, dibulan ke-6 ini walaupun pikiran masih sanggup tapi pinggang sampai kaki mulai bisa menolak. Lebih cepat lelah dan mengantuk tapi yang penting bisa selonjoran.
Bagian badan membesar. Perut membesar, pastinya, karena pertumbuhan janin dan makan yang banyak. Nggak perlu khawatir, berbahagialah karena bayi berkembang dengan baik. Selain itu ada bagian badan yang ikut membesar juga, seperti pinggul, paha, lengan, dan yang penting, dada juga ikut membesar. Hehehe..

Cara pakai baju. Goodbye jeans dan kaos, mama hamil 23 minggu akan lebih memilih celana dengan pinggang karet atau tali dan dress lebar berbahan adem. 

Berubah tiba-tiba. Kalau kecapekan tiba-tiba bisa mual sampai muntah, dokter bilang penurunan daya tahan tubuh atau biasa disebut masuk angin. Hormonal, muka bisa tiba-tiba timbul bercak merah selama 2-3 hari setelah itu hilang dan bisa muncul lagi. Limbung maupun pusing. Hilang fokus dan pelupa. Bahkan udara dingin mama hamil bisa cuek saja dengan baju tipisnya. 
Pelan-pelan gue menyadari, banyak mama hamil newbie yang khawatir akan ini itu. Selain alasan perubahan di atas, ada dua nyawa yang harus dijaga, pertumbuhan janin juga menimbulkan banyak pertanyaan. Boleh ini nggak, sih? Boleh itu nggak, sih? Boleh, asal nggak berlebihan dan dokter mengizinkan. Walaupun menjalani kehidupan normal seperti biasanya, ada saja hal yang terlintas dipikiran karena perut semakin membesar. Keadaan tubuh setiap mama hamil juga berbeda-beda, jadi siapkan sederet pertanyaan saat sedang konsultasi dengan dokter dan referensi pengalaman nyokap atau saudara kandung saat hamil, lebih pas karena satu keturunan. 

So, siap-siap untuk masuk trimester ketiga. Perut akan semakin membesar dan banyak hal baru yang akan gue rasakan. 

Stay strong, little me. Tetap bergerak di dalam perut, bikin geli dan takjub mamamu.


-Little Me Story, Part 3


Sunday, February 8, 2015

Pilih!

Gue ada di sebuah rumah, terlihat seperti rumah Mama. Menengok ke dalam ada mama yang sedang duduk, gue berjalan kearah depan rumah. Di depan pagar, gue melihat ada dua stroller, satu ada bayi cowok gendut yang lagi ketawa-tawa, satu lagi ada bayi cewek pakai topi. Kalau dilihat umurnya seperti bayi yang sudah bisa duduk.
Gue cuma teriak kearah mama, "Maa.. ini kenapa bayinya ditinggalin didepan sih?"
Mama cuma jawab, "Biarin aja."
Akhirnya gue bertanya ke bayi cewek yang mukanya lucu banget, "Kamu anak siapa?"
Si bayi jawab, "Anak mama eyang ati."
"Bukan anak Mama?" tanya gue sambil nunjuk diri sendiri.
"Anak mama eyang ati," bayi cewek lucu ini tetap kekeh sama jawabannya.
Gue cuma bisa senyum lalu gendong keduanya ke dalam rumah sampai mereka tertidur.

Tepat 15 minggu 6 hari, mimpi ini mungkin sebuah pertanda. Gue dikasih pilihan kali, yaa, sebelum roh ditiupkan. Bismillah Little me sehat dan sempurna.

Mama Hamil Nyusahin



Gue salah satu Mama Hamil dan juga seorang pekerja kantoran. Ini tahapan kehidupan entah dilevel keberapa, sepertinya masih jauh dari level kayak kakek nenek jalan sore gandengan yang gue lihat waktu itu. Ini masih dalam tahapan menjawab pertanyaan "udah isi belum?" Setelah sebel sama pertanyaan "kapan nikah?" Hamil itu anugerah dan membutuhkan perencanaan juga mental. Nggak bakal nyangka ketika test pack menggambar dua garis merah yang kemudian berlanjut hingga menyaksikan calon manusia bergerak-gerak diperut via layar di ruang dokter.
Melanjutkan cerita sebelumnya, (Get Ready for the next Stage) kehamilan gue yang sekarang sudah 16 minggu ini masih nggak jauh beda dengan minggu-minggu awal. Perbedaannya hanya sedikit yang gue rasakan, seperti perut mulai kedepan kayak orang buncit, keadaan badan makin labil, dan orang-orang sekitar yang sedikit 'berubah'. Gue yang masih pecicilan mungkin bikin orang sekitar agak was was, selama masih menjadi pekerja kantoran mungkin gue tetap membutuhkan hiburan. Hamil dan bekerja juga tetap manusia normal, perlu enjoy sama keadaan dan nggak memaksakan. Mungkin kalau belum tahu akibatnya, belum mau berhenti. Contoh kasus minggu kemarin gue pulang kantor jam 3 pagi karena deadline plus dua minggu sebelumnya yang lumayan padat dan banyak duduk, akibat yang gue rasakan perut sering nyeri, badan bagian belakang pegal-pegal, masuk angin dan perut terasa kencang, lalu berakhir dengan Mbah Eko menaikkan posisi Little me yang terlalu di bawah. Minggu ini, mentok jam 1 pagi, nggak mengulangi lagi, karena itu sudah merasakan sakit kepala yang sudah nggak tertahan lagi.
Beberapa hal yang gue rasakan selama 16 minggu ini sangat beragam, seperti:
1. Morning sick
Gue menyebutnya midnight sick, 4 - 8 minggu nggak pernah mual pagi-pagi tapi pagi buta sebelum tidur mulai mual, nggak sampai muntah. Sempat mual pagi hingga muntah cairan asam lambung yang pahitnya bukan main. Tapi ternyata rasa mual datang karena sebenarnya gue lapar. Hidung super juga jadi salah satu penyebab gue mual, sih. Bau nasi saja bisa jadi masalah.
2. Nyerah sama keadaan
Akhir tahun kemarin kira-kira umur 8 minggu, banyak yang mengingatkan gue untuk nggak ngoyo kerja. Karena keadaan kantor yang sedemikian rupa, gue cuma bisa pasrah. Cuma berharap Little me kuat dan ngerti Mamanya.
3. Lapar
Makannya nggak banyak tapi sering. Mulut kayak nggak bisa berhenti ngunyah, tangan kanan pegang mouse, tangan kiri pegang roti atau crackers. Kadang suka ngeloyor sendiri ke kantin nggak mengajak teman kantor saking nggak bisa nunggu lama atau mual kalau nggak ada asupan.
4. Dilarang ini itu
Masih suka lompat-lompat, sempat makan pancake durian, minum coca cola, makan pempek, pulang pagi, kebanyakan duduk, jongkok tiba-tiba, bawa bawaan berat, makan sushi, tengkurap, dan lupa apa lagi. Selama dokter, nyokap dan kakak-kakak gue yang berpengalaman hamil bilang nggak apa-apa, gue cuma nggak melakukannya berlebihan. Kayak yang kita tahu kalau berlebihan itu nggak baik, bukan? 
5. Badan Labil
Keadaan badan yang labil nggak karuan, kadang seperti masuk angin, badan pegal-pegal dan perut terasa kembung. Bangun tidur segar, sudah rapi mau berangkat kerja tiba-tiba mual nggak ketahan. Belakangan ini sakit kepala muncul, migrain seharian cuma bisa menikmati sakitnya karena nggak berani minum obat. Napsu makan normal, makan nggak terlalu kenyang tiba-tiba muntah nggak tersisa, nggak pakai mual, sehari itu makan 4 kali cuma macaroni kukus buatan sendiri yang masuk. Kesel sama muntah, karena muntah itu membuat seluruh badan jadi nggak enak.
6. Moody
Nah ini, cewek pasti tau rasanya kalau lagi menstruasi, hormon nggak stabil, perut kram, dan bisa nge-drop kalau lagi nggak sehat. Nggak jauh beda, jadi Mama hamil juga begitu, belum lagi ditambah dengan yang di poin 5. Ditambah masih harus jaga perasaan orang lain. Topeng butuh lima lapis rasanya buat bisa terus cengengesan. Hehehe..


Mungkin setiap mama hamil rasanya berbeda-beda, ada yang hamil kebo (hamil cuek nggak merasa apa-apa), ada yang harus bolak-balik bed rest, ada juga yang nggak bisa ngapa-ngapain selama masa kehamilan. 
Buat gue, semua rasa dan perasaan yang dirasakan itu bisa hilang sejenak kalau gue ingat perkembangannya Little me, gimana dia bertahan, dan gue melakukan Sabtu rebahan supaya rileks dari sisaan kerjaan. Dari dulu gue kerja sudah seperti ini, bahkan ditambah dengan kuliah setiap weekend. Buat gue, orang sekitar kali ini lagi lebih perhatian sama Little me, apa yang gue lakukan seperti biasanya menjadi sebuah pantangan saat ini. Mulai menjalani kehidupan yang baru, kalau iya gue nggak perhatian sama Little me, mungkin perut ini sudah nggak ada isinya lagi. 
Dukungan keluarga dan teman gue yang nggak pernah menakut-nakuti membuat kepala gue jauh lebih tenang. Percakapan jarak jauh saling berbagi dan nasehat positif menjadikan pola pikir gue lebih rapi. Nyokap yang santai bilang kalau ngidam jangan selalu diturutin, biar anaknya nanti nggak manja. Kakak ipar yang selalu bilang makan apa saja yang mau kamu makan, selama masih bisa makan, alhamdulillah nggak susah makannya. Kakak gue yang selalu nanyain kabar perkembangan dan juga yang selalu nyuruh makan dua porsi selalu bikin gue tertawa. Kakak ipar yang doyan baca buku memberi pinjam buku Kitab Hamil Terlengkap yang menjadi peralihan solusi gue kalau mulai bingung dengan keadaan badan yang lagi labil. Dan yang paling penting, Suami yang makin perhatian.


It's amazing. Life change very quickly, in a very positive way, if you let it. 
- Lindsey Vonn


 Little me 4 - 14 minggu

Apapun yang dirasakan, tetap menjadi Mama Hamil yang sehat dan kuat, berpikir tenang dan positif karena kehidupan terus berjalan, calon bayi terus berkembang. Yay!


- Little Me Story, Part 2

Saturday, December 13, 2014

Get Ready for the Next Stage

Hampir saja gue mengecewakan diri sendiri, nggak percaya diri dengan apa yang sudah diberi. Kehadiran little me yang tiba-tiba sudah hampir lima minggu waktu itu membuat hati gue bingung, mau senang atau mau sedih. Senang karena ini rezeki, memang sudah dinanti. Sedih karena keadaan yang lagi seperti ini, takut kalau badan nggak stabil dan mengecewakan suami kedepannya nanti.

Dokter yang tenang menjelaskan segalanya dan selalu bilang hal terburuk yang akan terjadi kalau ada sesuatu yang nggak kita tahu. Gue hanya pasrah, melihat semakin hari semakin stress karena pekerjaan yang semakin nggak stabil, semuanya di-push sampai tenaga terakhir. Sampai pada akhirnya bisa dibawa santai sama pikiran supaya nggak stress, banyak yang mengingatkan juga kalau trimester pertama itu harus dijaga. Pikiran aman terkendali, tapi sangat disayangkan badan sudah nggak bisa dikendalikan lagi. Tiga hari sebelum hari penentuan ada janin di kantung gue atau nggak, gue sakit, awalnya hanya bersin-bersin, karena semakin diforsir nggak kenal waktu, pulang malam malah membuat gue jadi flu.

Gue semakin nggak yakin.. cuma bilang sama little me, kalau memang rejeki dan kuat bertahan, kedepannya akan gue perhatikan.

Sehari sebelum ketemu dokter lagi, badan sudah lemas sekali, awalnya nggak mau masuk kerja, ingat sama janji yang nggak bisa dilewatkan demi nggak dicaci maki. Gue paksakan, berangkat siang, pulangnya kemalaman. Demam semakin menjadi, nggak boleh ada obat flu yang dikonsumsi, hidung terasa tertutup sendiri, cuma bisa minum air putih yang banyak dan makan buah jeruk yang asam dan manis sekali-kali. Nggak bisa tidur cepat saat itu, benar-benar nggak bisa napas dari hidung, nggak taunya sudah pagi lagi. Lemas sebadan-badan, mencoba kuat tapi badan menolak. Ingat kata nyokap, jangan minum obat, bikin saja air jahe hangat. Pagi menjelang siang, sebelum sarapan lumayan bikin hangat, napas juga lumayan lega. Menjelang sore, siap-siap ketemu dokter untuk penentuan.

Dokter nggak pakai basa-basi, langsung nyuruh naik untuk USG. Ini baru tujuh minggu, alat baru nempel perut, mata gue langsung fokus ke monitor, eh, little me nongol! Dokter belum ngomong, gue udah hahahehe duluan dan tepuk tangan. Pas dokter bilang hamdalah dan memberi tahu kalau sudah ada detak jantungnya, gue langsung melirik ke suami yang lagi senyum sumringah.

Alhamdulillah.. 
Ternyata little me kuat dan hebat nggak ketulungan! Padahal badan mumnya lagi berantakan nggak karuan. 

Ini peringatan buat gue yang masih wira wiri terlalu ngurusin kantor yang lagi nggak terkendali. Sekarang harus ingat kalau ada suami dan little me yang nggak bisa keterusan dicuekin berkali-kali. Hidup harus diseimbangkan kembali, susah senang harus tetap bahagia. Kayak harus kembali lagi ke kursi pilot untuk menstabilkan pesawat yang lagi hilang kendali. 

Sekarang, mau kemana kita, little me? Terus berdetak sampai waktu yang sudah ditentukan, ya.. gue sayang sama, little me. 






- Little Me Story, Part 1


Jacko!



Kehilangan sosok yang membuat gue selalu berpikir lebih gila dan bekerja lebih waras untuk menghasilkan karya yang maksimal sungguh sangat membuat hati ini kecewa. Kecewa pada diri sendiri yang nggak pernah sadar kalau hal ini pasti terjadi kapan pun. Kaget karena nggak berpikir akan secepat ini, hari itu waktu tiba di kantor dan mendengar kabar dari om Gio bahwa mas Bo sedang 'mengurus' di lantai delapan. Shock. Rasanya seperti lagi mandi dipancuran air yang segar tiba-tiba listrik mati. Gelap, nggak ada air, panik, hanya bisa terpeleset jatuh dan merasakan sakitnya dikegelapan tanpa melihat bagian yang terluka. 
Nggak mau menerima jabat tangannya mas Bo setelah turun dari lantai delapan, gue cuma bisa teriak didalam hati, cuma bisa manggil-manggil nama mas Bo. 
"Seharusnya gue senang, mas Bo, gue kan baru lulus kuliah. Kenapa harus kayak gini, sih, keadaannya?"
Pertanyaan itu terucap. Lebay, bisa dibilang seperti itu, tapi kalau kalian ikut merasakan dan tahu keadaannya, kalimat itu wajar untuk diucapkan. Gue nggak punya rasa percaya diri, hilang sudah rasa peduli, nggak punya kendali, hanya bisa menjalankan apa yang bakal ditinggalkan nanti.
Cukup lama untuk proses menerima keadaan itu, mas Bo pasti menyadari. Gue memilih untuk menyendiri mencari udara segar agar berpikir jernih dibandingkan nangis didepan mas Bo. 
Mengingat waktu itu.. 
Orang yang pertama kali gue lihat diruang interview, orang yang sangat tenang diantara dua yang lainnya, orang yang nggak gue sangka ternyata bakal jadi bos gue yang paling top. Bos yang kadang terlalu santai, bikin gue jadi kesel karena gue nggak terima tim gue diperlakukan nggak adil. Tapi mas Bo nggak pernah marah, kesel sih pernah walaupun tetap berusaha untuk tetap tenang dan berpikir positif. Iya, mas Bo EPos menurut gue, Energi Positif. Malahan gue yang terlalu banyak mengeluh di depan mas Bo. Maklum gue karyawan ababil, mungkin perbedaan level yang cukup tinggi dibandingkan gue yang membuat mas Bo lebih tenang untuk menghadapi segala bentuk tantangan yang datang setiap minggunya. Gue yang selalu izin ini itu karena jadwal kuliah yang kadang barengan sama deadline kantor, mungkin mas Bo udah khatam. "Santai, ta, santai, yang penting kerjaan kamu kelar," selalu begitu jawabannya. 
Sekarang...
Mas Bo sudah nggak lagi duduk di samping gue, kubikel jadi sepi tanpa lagu-lagu Koes Plus dan suara nyanyian mas Bo yang khas. Nggak ada lagi cerita aneh dengan tiruan gaya bersemangat, kayak gaya tukang bubur yang terkenal itu, baso seseupan, sampai gaya sholat orang yang berbeda-beda. Mas Bo sangat terkenal sebagai penengah, rasanya kalau kantor lagi rusuh dengan masalah ini itu, nggak tenang dan belum lengkap kalau mas Bo belum angkat bicara. Bapaknya anak-anak HAI, walaupun mas Bo yang sudah dewasa ini nggak mau dipanggil bapak. Orang yang bisa bikin anak Hai bayar seribu kalau ngomong jorok. Orang sudah dikenal banyak orang di gedung jalan panjang. Setiap gue ketemu orang dari unit lain, pasti yang ditanya kabar mas Bo. Agak sedikit sedih, bukan karena gue nggak ditanya, hanya saja mengingat kenapa mas Bo harus meninggalkan kantor bukan cerita yang menyenangkan. 
Banyak cerita yang nggak mungkin gue tulis semuanya disini, semua orang tahu kalau mas Bo orangnya baik.
Gitu saja, sih.. mungkin gue lagi kangen sosok mas Bo dikeadaan seperti ini. Tulisan ini sudah mengendap lama diponsel dan akhirnya diposting juga. Gue hanya bisa mendokan yang terbaik buat semuanya, buat mas Bo juga, yup.. Bapak Joko Prayitno, pemilik Enda Endo. Hehehe.. 


Good luck!