Thursday, May 27, 2010

lagi-lagi langit marah

Lagi-lagi tentang langit yang marah. Awalnya, gw lagi jalan di suatu daerah seperti komplek perumahan tapi ngga ketauan itu daerah bagian mananya Jakarta. Jalanannya aneh, gw berputar beberapa kali di jalan yang sama sampai gw menemukan jalan buntu karena ada rumah yang berpagar putih sangat tinggi seperti istana dengan detail emas yang sangat berkilau. Ngga berani masuk akhirnya gw balik cari jalan yang lain. Mulai diganggu orang-orang aneh yang gw ngga kenal, tiba-tiba gw ditarik sama cewek berjilbab putih. Itu guru TK gw.


Setelah merasa terselamatkan sama bu guru gw ngikutin dia, jalan yang sangat rumit kalau gw ditinggal dan disuruh balik pasti nyasar lagi. Gw ikut bu guru saja. Sepanjang perjalanan yang entah kemana itu, gw baru sadar semakin lama semakin menyengat, bau busuk itu berasal dari mayat-mayat yang tergeletak di jalanan. Daritadi yang gw injek itu mayat?. Ngga sadar, terus jalan cari celah berpijak diantara mayat-mayat.


Sampai di sebuah aula yang sangat luas, banyak orang berkumpul di situ. Gw dan bu guru berencana untuk beristirahat sejenak di dalam aula. Ngga beberapa lama warna langit berubah jadi aneh. Coba mengintip dari salah satu jendela di aula itu, orang-orang keluar dari aula melihat langit yang sedang marah berwarna keunguan. Awan berbergerak sangat cepat padahal tidak terasa ada angin di bumi, menggumpal, membentuk sebuah makhluk yang aneh dan di lemparkan ke bumi, tepatnya di depan aula itu. Gw kaget. Makhluk yang berbentuk menyerupai buaya itu terlihat masih lemah, belum menjadi padat. Orang-orang yang ada disitu langsung bergerak memasukkan makhluk itu ke dalam aula, mencabik-cabik agar makhluk itu tidak menjadi utuh. Saat sisa potongan itu menjadi padat, makhluk itu tetap bergerak, kita langsung keluar mengunci aula. 


Gw udah ngga ngeliat bu guru lagi. Semuanya panik. Langit juga belum tenang. Ngga lama, makhluk itu pecah menjadi gelembung-gelembung seperti balon,  aneh, mencoba mendobrak pintu aula dari dalam, semuanya mencoba mencari alat yang ujungnya tajam. Tiba-tiba aja dibeleh gw itu gudang, banyak kayu, besi dan barang-barang aneh. Memang seperti balon, gw mencoba menusuknya di sela-sela pintu yang mulai terbuka, gelembung itu meledak dan semuanya berusaha menusuknya hingga tidak ada lagi gelembung di dalam aula. 


Kita menang. Langit mulai tenang.


Mudah sekali, jantung berdetak cepat. Gw mulai meninggalkan aula itu dan kembali berjalan entah kemana. Sampai di pinggir sungai, gw melewati jembatan yang panjang dan melihat ada orang dengan balon udaranya melintasi jembatan. Orang itu mengajak. Badan mulai lelah, gw ngga bisa nolak. Akhirnya gw melanjutkan perjalanan entah kemana dengan entah siapa.

junk

Apakah hidup yang gw jalani ini hanya sekali? bisakah terulang kembali dengan jiwa dan raga yang sama walaupun bumi sudah hancur berkeping-keping kembali utuh?


Pertanyaan itu terus ada dipikiran gw semenjak gw mulai bosan dengan kehidupan sehari-hari yang gw jalani selama ini. Bosan untuk tidur demi kesehatan. Kesehatan yang digunakan untuk bekerja. Bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan hidup. Hidup ini untuk apa? 


Sampai saat ini gw bersyukur masih diberi kesempatan setiap pagi untuk bangun dari tidur, mungkin pada saatnya nanti, mata gw ngga akan terbuka, apa yang akan gw lakukan? Apakah rasa syukur itu ada?


Tulisan ini penuh pertanyaan, memang hidup gw sekarang ini dipenuhi oleh pertanyaan yang belum terjawab. Alasan-alasan kenapa kita harus hidup, bekal apa yang harus kita punya selama hidup, semua itu untuk apa?

Monday, May 24, 2010

Shazam

Hey you!

You never should've ran.

You want to make something

that you can take you down again.


This time you say your just fine.

You need a little something

that can make you smile again.

Come on. It won't take long.

You're never going to need

it when you hear that sound again.


It's a sin. You're looking kind of thin.

You need a little bit so you

can impress everybody.

You're still in a daze.


Hey you!

I know you like to prance so get up and

dance so i can spin you round again.

Take your time you're looking just fine.

Let's do a little shuffle and that can make

you smile again.


Come on. It won't take long.

Let's sing a little song

until the sun don't shine again.

But every time you say your just

fine you need a little bit so you can

impress everybody.

You're still in a daze.


You can try hard but you never really

had the time so take a look around see

just what you're going to get inside.

You never should've ran



Artist: Spiderbait

Tittle: Shazam

Album: Sugar & Spice

"Saya baik-baik saja sekarang"

Terasa sesak, sesaknya sangat menggangu kalau gw terlalu capek dengan kegiatan yang gw lakukan. Mama gw pernah bilang, kalau gw pernah paru-paru basah yang awalnya gw waktu kecil, umur tiga tahun-an, ngga bisa napas sampai muka gw biru gara-gara menghirup obat nyamuk semprot yang baru saja di semprotkan ke kamar tidur gw. Entahlah apa itu benar atau ngga, gw ngga inget sama sekali. Bahaya juga yaa itu semprotan nyamuk, makanya sampai sekarang gw lebih memilih tidur di luar sebentar nunggu sampe baunya ilang. Pernah nyoba, setelah nyemprot, 5 menit kemudian gw masuk kamar, hahahha.. nyesek tetep nyesek. 


SMP sempat bawa inhealer untuk jaga-jaga kalau gw nyesek lagi. Lama-lama terbiasa tanpa inhealer, bebas sebebas-bebasnya gw bisa bernapas tanpa takut nyesek lagi.


Sama sekali ngga terpikirkan lagi sama gw tentang penyakit itu sampai gw SMA kelas 2, inget kalau dokter sekolah nanya, "Dulu punya penyakit apa?" itu juga setelah dia meriksa tensi darah gw yang lagi nge-drop 60/70 hahhaa.. Banyak kegiatan yang gw lakukan waktu SMA, salah satunya yang menurut gw paling gila adalah bikin acara kompetisi antar SMA.


Dari situ gw mulai kehidupan gw seperti di film-film.


Seneng, sedih, capek campur jadi satu yaaa namanya juga masa SMA, siapa sih yang ngga seneng. Banyak temen, ngga mikirin kerjaan sama sekali, apa aja dilakukan yang penting senang. Itu semua terjadi sama gw, saking senangnya sampai lupa sama badan sendiri, nyesek sedikit anggap aja lagi kecapekan. Lama kelamaan bukan lagi nyesek yang gw rasain seperti sebelumnya, lebih nyeri dipunggung sebelah kiri. Cuma gw bawa istirahat, besoknya kalau terlalu capek begitu lagi. Sampai pada puncaknya gw capek dan banyak pikiran, rasanya seperti ditusuk dari punggung tembus ke depan, sakit sekali.Akhirnya gw baru bilang sama mama sepulang sekolah, besoknya gw dijemput ke sekolah lalu ke rumah sakit untuk periksa.


Bertemu dokter umum gw yang cantik. Setelah curhat, beliau ngomong, "Coba kita roentgen dulu yaa paru-parunya, nanti kalau udah ada hasilnya langsung kesini lagi". Gw merasa aneh, seserius itu kah sampai harus roentgen? Ternyata paru-paru gw baik-baik saja, dahi dokter mulai mengkerut-kerut sambil meriksa gw, lagi.

"Saya coba rujuk ke dokter spesialis jantung yaa, bu" , katanya ke mama.


Keluar dari ruangan saya masih bisa bercanda sama mama. Sambil jalan ke ruangan dokter, dipikiran gw senang dapet dokter cewek lagi, lebih enak curhatnya. Agak beda pemeriksaannya, sebelum masuk keruangan dokter gw di EKG dulu, print detak jantung sepertinya. Diperiksa, curhat dan gw dilempar lagi untuk nge-check saraf. Apa gw gila? Lumayan sakit ditusuk jarum lalu disetrum tangan gw, antara mau teriak sakit dan ketawa gara-gara jari tangan gw ngetril sendiri. Gw ngga tau hasilnya, yang ngerti cuma dokter jantungnya. Setelah itu cuma dikasih obat dan balik lagi seminggu kemudian. 


Memulai jadwal baru, seminggu sekali ke rumah sakit.


Gw agak lupa urutan periksanya. Ngga lupa EKG, keruang dokter, nunggu sebentar lalu endoskopi, pengalaman yang sangat menarik menurut gw selama pemeriksaan. Sebelumnya gw dipasang jarum infus, setelah 6 kali ditusuk dengan darah muncrat kemana-mana karena susternya ngeyel ngga dengerin kata-kata gw, "Suster, infusnya sebelah kiri aja, saya ngga pernah diseblah kanan". Ngga kebayang sama sekali endoskopi itu kayak apa, kenapa gw sampai disiapin jarum infus? Sebelum semuanya itu dilakukan gw nanya ke dokter A, maaf lupa namanya, "Dok, ini jarum infus dipasang buat apa kalau ngga ada cairan yang dimasukin juga?", "Buat jaga-jaga aja kalau kamu ngga kuat nanti", jawab dokter yang udah lumayan tua itu. Woaaa, deg-degan? SANGAT! "udah siap?", "udah, dok", jawab gw sambil ketawa-ketawa. Dokter mulai menyemprotkan cairan biar kebal ke pangkal lidah mendekati tenggorokan, sangat pahit, dan seketika mulut gw mati rasa, huahahahha.. rasanya aneh, lidah kelu tenggorokan terasa tebal. Ternyata endoskopi itu adalah memasukan selang hitam berdiameter kira-kira 1 cm,  dengan ujung berkamera ke rongga mulut menuju jantung gw, mau tau rasanya telan selang sepanjang 30 cm? NGGA ENAK! kayak nelan ngga habis-habis, nafas lewat mulut, air liur beleber keluar karena gw tiduran miring ke kiri. Gw gemeteran inget ini. Ngga tau berapa lama itu berlangsung, gw ngerasa lamaaaaaa banget. Akhirnya dikeluarin juga itu selang hitam dari tenggorokan gw, suster udah nyiapin ember untuk muntahan, setelah keluar semua gw malah ketawa, bilang ke doktenya "Ngga enak!" trus ngeludah ke ember, ngelap pipi gw yang basah kena air liur. Lagi, saya marah ke susternya karena jarum infusnya ternyata ngga berguna. "Kamu kuat yaa, biasanya pada muntah", kata dokternya. Iya gw KUAT!


Minggu berikutnya, USG jantung.. mungkin sama seperti USG ibu-ibu hamil, bedanya kalau gw di dada bagian kiri, ibu hamil di perut. Masih ngga tau gw kenapa. Dokternya langsung cabut setelah usg gw dan ngomong sama mama. Gw mulai diam, sambil ganti baju gw mikir, gw kenapa sih? Masuk keruangannya ada dokter sama mama, gw ditemenin asisten dokter. Dokter cuma bilang, banyak istirahat yaa, jangan terlalu kecapean atau mikir berat. 


"Iya, dok".


Jadwal berubah menjadi sebulan sekali.


Diruang tunggu sambil makan cheese stick, gw paling muda, pakai seragam sekolah, yang lainnya rata-rata 40 tahun. Huh, kenapa gw disini sih? Asisten dokter yang bolak balik lewat selalu senyumin gw. Siyaaaal.. gw penasaran banget saat itu. Periksa cuma gitu aja, dokter melihat progres. Pertemuan selanjutnya mama ngga bisa nganterin, gw maksa untuk dateng sendiri ke rumah sakit. Disaat itulah gw nanya langsung ke dokternya, 


"Saya sakit apa sih, dok?"


Bahasa awamnya, klep jantung antara serambi dan bilik gw tipis, dibilang lemah juga sih. Ngga bisa bekerja maksimal kalau lagi kecapekan, makanya suka sakit. Dokter jelasin sejelas-jelasnya ke gw pake jantung mainan yang bisa dibongkar pasang.


"Ok, dok. Saya ngerti". :)


Jadwal berubah menjadi 3 bulan sekali.


Ngga banyak keluhan, cuma janji ngga akan mikirin penyakit ini. Sampai akhirnya periksa 6 bulan sekali hanya dibekali obat pengurang rasa sakit. Diminum bila di perlukan, hehehe.. sampai sekarang masih ada obatnya. Terakhir gw minum waktu kuliah.


Sekarang gw sehat-sehat saja, kan? hehehe..

Tulisan ini gw dedikasikan buat orang-orang yang masih sehat, orang-orang yang sama penyakitnya kayak gw, dan buat dokter-dokter serta asistennya yang udah sabar banget ngurus gw yang bolak balik periksa. 


And special thank's to my family!! :) orang-orang yang ngga bakal ninggalin gw dalam keadaan apapun. 


*Maaf kalau ada salah penulisan istilah kesehatan, waktu itu gw hanya anak kelas 2 SMA.