Hari ini (9/11) dibuka dengan dinginnya kamar gw yang tanpa AC itu, setelah bisa tidur tenang karena dua temen cewek pejuang weekend gw, Ikan dan Deboy, sampai di rumah sehabis mangkal di percetakan Benhil. Santai-santai sebentar sambil update persiapan UTS siang itu.
Siap berangkat ke kampus, jalan dari kosan, ketemu si Mba Yani dan Bu Haji lagi ngobrol senyam-senyum, yaa seperti biasa Mba Yani selalu semangat kalau lagi ngomong. Gw yang masih belum-ngumpul-nyawanya, cuma bisa lewat bilang permisi, bahayanya kalau membuka obrolan sedikit saja gw bisa tertahan lama dan susah untuk memotong obrolan. Lanjut jalan lewat jalan kecil yang belum lama ini gw temukan demi menghemat tenaga jalan kaki menuju angkot kuning. Dari kejauhan, terlihat penumpang turun dari angkot, kayaknya lebih dari cuma bayar saja, semakin dekat dengan angkotnya semakin terdengar kata "Anjing" berulang-ulang dari mulut supir maupun ibu-berkerudung itu. Lumayan kaget dengar teriakan si ibu, ibu penjual rokok yang biasa mangkal disitu pun ikut bingung,
gw jadi nanya, "Kenapa ini?"
"Jangan naik mba, supirnya ngomel terus, biarin aja rejekinya seret!", teriak si ibu kerudung sambil gebrak-gebrak body belakang angkot.
Jujur siang itu agak panas, barang bawaan gw pun lumayan berat, ngga mau lagi nunggu angkot lain datang. Baru kali ini memang gw naik angkot pake Istigfar, berasa aneh karena jadi berasa pertanda buruk bakal datang.
"Astagfirullah, Pak, siang-siang berantem, makin panas aja kayaknya," celoteh gw asal sambil naik angkot.
Si supir kemudian lanjut curhat, yang ternyata kalau diurut ceritanya, si ibu kerudung itulah yang salah, jelas angkot C-13 hanya sampai Kebon Jeruk dan si Ibu ngotot sampai Tanah Abang karena merasa dirugikan supir yang terkesan nurunin penumpang ngga sampai tujuan.
"Yaa kalau mau sampai Tanah Abang naik taxi aja yaa, neng? Saya sih mau aja nganter tuh ibu sampai Tanah Abang tapi nanti saya kena omel sama supir M-11," curhat si supir. "Saya sih udah bilang dari awal, ibu kalau mau ke Tanah Abang, nanti dari Kebon Jeruk nyambung naik M-11 yaa. Masih aja tuh si ibu ngomel-ngomel. Setaun sekali ada tuh, neng penumpang yang kayak gitu..." curhatan supir angkot pun berlanjut.
Terbukti juga pada siang itu, sumpah serapah yang dilontarkan sama si Ibu kerudung ternyata nggak didengar, penumpang si Supir angkot makin banyak yang naik, "Neng, saya sih percaya rejeki itu yang ngatur yang di atas. Doanya ngga bakal didenger, kecuali dia ibu saya," tutup si Supir.
Nggak lama ada seorang Ibu dan anak naik, duduk dibagian ujung angkot yang kemudian membuka obrolan dengan ibu yang duduk disampingnya,
"Bu, kalau ari-ari itu dikubur sama kendinya juga, yaa?"
Oke ini absurd dan bikin gw nengok pelan-pelan dan mata pun langsung nyari barang yang dibawa sama ibu dan anak itu. Memang ada beberapa kantung kresek item yang dibawa dan cerita pun dimulai.
"Tadi, ada mba-mba berdiri di pinggir jalan, kayak nunggu lama, nengok kanan kiri, yang ternyata saya samperin dia buta, katanya habis melahirkan dan mau ngubur ari-arinya. Yaudah, akhirnya dia minta tolong saya buat nguburin tapi saya bingung nih nggak pernah ngubur ari-ari." "Kasian yaa, bu," sambung anaknya.
Perjalanan menuju kampus jadi terasa agak lama karena kejadian-kejadian di atas, untungnya nggak ditambah sama macet yang lagi menggila. Gw cuma bisa mengambil hikmahnya saja apa yang udah dilewati siang itu, manusia di dunia ini ada banyak tapi nggak banyak juga orang yang benar-benar baik.
Feeling memang kadang benar kadang salah, semua yang dimulai dengan perasaan nggak enak akan terus-terusan jadi nggak enak, hanya saja bagaimana kita bisa menyikapinya dan ekstra sabar. Benar, setelah itu yang seharusnya jam 14.00 gw harus sudah jalan ke Pondok Gede spesial acaranya Mas Avis dan Sari, masih harus menunggu di kampus sampai jam 15.00. Belum lagi jalanan yang tiba-tiba macet disana-sini. Walaupun nggak berhasil tepat waktu untuk menyaksikan kakak gw lamaran, gw berhasil nggak berantem sama si pacar gara-gara pening ditelepon, dicariin digrup chat, dan mencari jalan tikus pakai google map. Kepala terasa berasap, siap meledak.
Tapi...
Keluarga tetap menjadi salah satu alasan gw untuk tersenyum dan tertawa, walaupun sempat sebal karena ditinggal rombongan lamaran tapi yasudahlah.
Sekali lagi SELAMAT buat masku sayang dan aii, semoga lancar persiapan tahun depannya!
Perjalanan menuju kampus jadi terasa agak lama karena kejadian-kejadian di atas, untungnya nggak ditambah sama macet yang lagi menggila. Gw cuma bisa mengambil hikmahnya saja apa yang udah dilewati siang itu, manusia di dunia ini ada banyak tapi nggak banyak juga orang yang benar-benar baik.
Feeling memang kadang benar kadang salah, semua yang dimulai dengan perasaan nggak enak akan terus-terusan jadi nggak enak, hanya saja bagaimana kita bisa menyikapinya dan ekstra sabar. Benar, setelah itu yang seharusnya jam 14.00 gw harus sudah jalan ke Pondok Gede spesial acaranya Mas Avis dan Sari, masih harus menunggu di kampus sampai jam 15.00. Belum lagi jalanan yang tiba-tiba macet disana-sini. Walaupun nggak berhasil tepat waktu untuk menyaksikan kakak gw lamaran, gw berhasil nggak berantem sama si pacar gara-gara pening ditelepon, dicariin digrup chat, dan mencari jalan tikus pakai google map. Kepala terasa berasap, siap meledak.
Tapi...
Keluarga tetap menjadi salah satu alasan gw untuk tersenyum dan tertawa, walaupun sempat sebal karena ditinggal rombongan lamaran tapi yasudahlah.
Sekali lagi SELAMAT buat masku sayang dan aii, semoga lancar persiapan tahun depannya!