Hari ini benar-benar melepas kegiatan seperti biasanya. Anggap saja gw lagi mencoba untuk melebarkan sayap lagi diumur yang baru ini, 23, umur yang seharusnya gw bisa lebih produktif, menjauhkan hal-hal yang monoton. Mungkin masih banyak juga orang yang diumur segitu masih bersenang-senang dimasa kuliah, tapi ini, kalau pakai bahasa sekarang, "nggak gw banget!".
Bertemu teman-teman semasa SMA sekarang ini, perasaannya sungguh berbeda. Gw senang, mereka masih bisa mengingatkan untuk bertemu, berbagi cerita satu sama lain, dan tertawa tanpa harus jaga image. Kami sudah dewasa. Selintas dipikiran gw. Mereka yang selalu meluangkan waktunya untuk bertemu, walau kadang ada-ada saja alasan yang bisa membatalkan datang salah satu dari kami, bukan lagi menjadi masalah karena menurut gw, kalau mau bertemu yaa bertemu saja, selama kalian merasa kita masih berteman, tidak perlu banyak pertimbangan. Kita sudah dewasa, kan? Nggak ada lagi berantem-berantem nggak penting karena tidak bisa bertemu.
Kalau ada kabar bahagia, gw siap mendengarkan dan ikut senang.
Kalau ada masalah, gw siap mendengarkan dan mencoba membantu sebisa gw.
Kalau nggak ada apa-apa, nggak ada salahnya juga untuk bertemu.
Jujur saja, saya merasa nyaman bersama mereka. Mereka yang sudah bisa mempertimbangkan segalanya. Yaa, tentu saja kami seumuran, hal itu menjadikan gw makin nyaman.
Lucunya, gw menyadari ini tadi saat bersama mereka. Ingin ketawa rasanya, tapi gw cuma bisa berkata, "17-23, beda yaa.. hehehe". Dan gw sadar mereka bingung dengan ucapan gw barusan. Cuma kata-kata yang melintas dikepala gw tapi bisa membuat gw senyum.
Nggak ada yang berubah, kami hanya beranjak dewasa.
Dua jam, bukan waktu yang cukup untuk menceritakan semuanya, berbagi, memberikan masukan dan membuat salah satunya menangis. Waktu hanyalah waktu, walaupun sebentar, gunakanlah semaksimal mungkin untuk bertemu mereka yang bisa membuatmu nyaman.
Pulang dengan taxi masing-masing. Hanya kebetulan yang bisa mempertemukan gw dengan si supir taxi yang gw tumpangi. Salam hangat dari mulutnya, menanyakan arah tujuan, lalu berangkat. Berikut percakapan singkat yang bikin gw sedih sejenak.
Supir Taxi (ST) : "Habis kumpul sama sahabat-sahabatnya yaa, mba?"
Gw : "Menurut bapak?"
ST : "Menurut saya, iya. Lama nggak ketemu pasti, yaa?"
Gw : Nyengir sendiri, "Kok bapak tau?", gw yang nggak pernah jawab pertanyaan hanya membalikkan pertanyaan.
ST : "Saya ngeliatnya sih, tadi begitu. Pulang malem karena baru bisa ketemu habis kerja, temen kuliah kali, yaa.. akrab banget."
Gw : "Hehehehe,.. mereka teman SMA saya, Pak."
ST : "Ooh,. temen SMA, temen lama yaa, baik-baik, saya mengerti."
Sejenak gw diam, ngeliat keluar jendela. Sedih juga karena waktu, kami harus kembali pulang. Perasaan gw yang masih kangen sama mereka makin menjadi karena ditambah pandangan dari seorang supir taxi yang nggak kenal sama sekali tapi bisa melihat kami seperti itu.
Apakah mereka sahabat gw?
Sekarang gw menjawab, Iya, mereka sahabat gw.