Sebenarnya gue nggak mau hitung-hitungan apa yang sudah gue jalani. Untuk mimpi besar seperti ini, nggak sedikit usaha dan tenaga yang dikeluarkan demi menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Apa yang bisa diharapkan dan dibanggakan sebagai mahasiswa yang juga bekerja?
Awalnya, sih, gue nggak kepikiran untuk jalanin keduanya dalam waktu yang bersamaan. Melihat keadaan deadline kantor yang selalu ada setiap minggu, lalu gue memakai waktu libur gue untuk meneruskan gelar yang belum tahu fungsinya untuk apa. Keinginan terus belajar selalu ada dihati, lalu apa yang menguatkan gue untuk menjalani kehidupan yang mungkin menurut orang "cape-capein diri sendiri"?
Ini mimpi gue untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikan dengan usaha sendiri walaupun diawal semester gue terseok-seok untuk hidup, apalagi ditambah dengan bayaran setiap semester dan tugas yang menyita dompet. Ini kenyataan, bukan untuk dikasihani. Ini usaha yang sudah gue lakukan selama empat tahun belakangan ini. Merasa hebat? Pastinya. Gue bisa melalui ini dengan berbagai usaha, rasa, dan suasana. Sombong? Nggak, dong. Mungkin ini bisa menjadi dorongan buat teman-teman diluar sana yang sedang menjalani hal yang sama dengan gue. Nggak cuma kuliah, mungkin hal lain yang harus dijalani dalam waktu yang bersamaan. Ini bukan hal yang mudah, hanya orang yang memandang sebelah mata yang berpikir hal ini mudah. Ini masalah perang dengan diri sendiri, banyak perasaan yang bertentangan dan membutuhkan kecepatan untuk mengambil keputusan. Mungkin dapat mengikis kebiasaan menunda, juga sedikit 'batu' karena satu dan lain hal.
Ini bisa terjadi, gue nggak nyangka setelah selesai membuat laporan kerja praktik, dosen mengajak untuk menunda libur, langsung mempercepat proses untuk menyelesaikan tugas akhir. Percaya nggak percaya, dari kepercayaan diri tingkat dewa, terseok-seok, tenggelam dalam alam sadar, terjerumus kekubangan, lemparan bola liar sampai akhirnya terpaksa untuk melonjak ke puncak gunung tertinggi dari dunia planet pluto, gue bisa menyelesaikan dengan hasil yang maksimal. Maksimalin tenaga dan waktu walaupun tabungan menjadi minim.
Minim percaya diri sempat membawa gue terbawa arus tapi banyak perpanjangan tangan dan lebarnya mulut yang membangun semangat secara perlahan. Ingat orang tua juga yang menantikan acara wisuda. Gue juga menunda untuk menantikan datangnya si buah hati demi mempercepat kembalinya kestabilan hidup gue, mengurangi lapisan kesibukan.
Dua bulan terakhir merupakan dua bulan tercepat dalam hidup gue. Persiapan karya untuk tugas akhir yang baru bisa dikerjakan mulai dua minggu terakhir. Hasilnya? Seperti ini.
Buku ilustrasi "Toi.let" karya Freska Paramita
Bangga sama diri gue sendiri. Waktu yang singkat untuk prosesnya hingga menjadi buntelan salah satu diluar impian gue. Hasil karya yang nggak cuma mengendap difolder komputer, nggak cuma dipajang diblog, nggak cuma digeletak setelah semuanya selesai.
Semoga jalan makin diluruskan, hanya berserah diri kepada-Nya, Yang Maha Segalanya.
Sekarang semuanya sudah selesai, tinggal menantikan tanggal, saat gue memakai jubah hitam dihadapan Mama yang bakal bangga sama anaknya yang berjuang cukup lama. Sepenggal obrolan ditelepon yang bikin mata banjir sehari sebelum gue maju sidang, "Baca doa, semoga lancar. Kuliah berjuang sendiri, selesai juga yaa.. mama cuma bisa bantu doa." Memang, belakangan ini lagi jarang pulang kerumah, demi kejaganya badan, selesainya hasil karya, dan beresnya urusan ini itu di kampus. Egois.. sangat egois. Melewatkan beberapa kali kumpul keluarga. Mau bagaimana lagi, cuma itu caranya karena waktu menjadi sangat berarti demi selesainya kuliah ini.
Bersama teman-teman seperjuangan melewati badai tugas akhir ini, dari yang cuma ketawa ketiwi baru kenal sesama mahasiswa baru, berkembang menjadi jumpalitan bikin tugas, mondar-mandir kepercetakan, pulang kantor ke kampus jam malam, sampai akhirnya bisa menyelesaikan semuanya pada waktu yang bersamaan. Salut gue untuk teman satu angkatan, DG#17, yang tetap bertahan untuk terus berjuang hingga titik terakhir. Keadaan memang menentukan segalanya, syarat yang berbelit nggak seharusnya memutus semangat, walaupun angkatan kami terbagi dua sesi, waktu yang singkat ini nggak akan terasa berat. Semuanya, harus tetap semangat!
Terima kasih banyak atas segala bentuk dukungannya.
Sujud syukur untuk Allah SWT yang telah memberikan kekuatan untuk melangkah, tanpa izin-Nya, gue nggak bisa apa-apa. Doa Mama juga pasti didengar karena gue yakin doa seorang ibu untuk anaknya adalah doa yang paling didengar oleh-Nya. Papa yang masih suka telepon dari laut menanyakan kabar, ucapan selamat yang gue terima melalui ponsel bikin hati gemetar. Terenyuh juga dengan kelakuan suami yang diam-diam bikin pengen nangis, kebaikannya yang nggak ketakar kadang bikin kejutan. Komit dengan ucapan yang dilontarkan sebelum kami menikah, semuanya yang dijanjikan untuk terus mendukung sampai berakhirnya kehidupan perkuliahan ini. Mama Dani yang mungkin bingung dengan kelakuan menantunya yang diam-diam suka pulang pagi, berangkat kerja kesiangan, dan melihat kamar yang berantakan. Mama Dani yang selalu bilang mendoakan kami berdua untuk selalu mendapatkan yang terbaik. Semoga semua kemudahan dari dukungan dan doa ini terus berlanjut sampai gue disadarkan untuk selalu bersujud. Nggak lengkap kalau belum menyebutkan Ayah, Bunda, Mama Ninik, Bapak Daddy, Mamoy, Papoy, Avis, Aii, Mba Jean, Julian, dan keponakan yang selalu bikin gemes, yang selalu berisik digroup ngobrol banyak. Terima kasih banyak.
Teman seperjuangan tugas akhir, Ika, Debby, Narti, Bimo, Adin, Gaby, Ogi, Andria, yang terus semangat dari ngebut bikin karya untuk sidang sampai mendapatkan selembar kertas keterangan pengumpulan tugas akhir, kalian hebat, gue salut sama semangat kalian! Ikan, Deboy, Mba LunMay, aylafyuh. Sidang percepatan ini memang membuat gue makin gila, sudah nggak tahu harus berbuat kayak gimana. Sensi tingkat dewa, kurang dan kadang kebanyakan tidur, diam sunyi senyap, guling-gulingan dikasur sampai ke Bekasi, izin ini itu, dan ngeribetin sana sini. Keberadaan kalian diwaktu yang gawat masih tetap bikin tertawa. Hal ini yang membuat semua yang harus diselesaikan menjadi lebih ringan. Mayson yang nggak ikutan tugas akhir juga rajin membantu ranger DG#17 lainnya, mukanya sangar tapi hatinya berbinar. Dukungan dari chit chat digroup DG 17 yang doyan banget becanda, nggak pernah pupus. Kalian yang segera menyusul, Ican, Dwi, Andre, Djarwo, Dado, Tebe, Reza, Bray, Ismail, dan teman lainnya, terus maju pantang mundur. Badai tugas akhir pasti berlalu. Good luck buat kita semua.
Para dosen yang pusing juga dengan sidang percepatan ini ditambah dengan kelakuan kami yang selalu terburu-buru minta ini itu. Pak Lukman, dosen pembimbing gue yang paling sabar sangat membantu mempercepat segalanya, termasuk membantu sistematika penulisan laporan dalam hitungan hari yang bikin gue mumet dengan tulisan dan settingan di Ms. Word. Pak Hady sebagai Kaprodi yang selalu tenang membawa suasana menjadi aman, walaupun gue tetap deg degan. Deretan dosen penguji yang memberikan banyak masukan untuk kebaikan karya kami kedepannya dan harus pulang malam di tanggal 6 Oktober 2014, Pak Afiq, Pak Agus Budi, Pak Joko, Pak Denta, Bu Ariani, Pak Agus Nursidhi, Pak Ali... Terima kasih. Staff TU, BAK, BAA, terima kasih atas kesabarannya.
Gue izin, gue cuti, gue izin, gue telat, cuma mas Bo yang paling sabar sama kelakuan gue belakangan ini, dia selalu diposisi sebagai orang yang paling pengertian, walaupun kayaknya kesel karena gue mulai nggak fokus sama kerjaan. Maafkan juniormu ini, selalu nyusahin dan bikin bingung, cuma mau memisahkan antara kerjaan dan kehidupan gue yang lain, demi seminggu kepala melintir menyelesaikan segalanya. Mas Danie yang panik saat gue minta izin untuk fokus ke tugas akhir ini, akhirnya bisa nyengir lagi saat hasil sidang gue sudah diumumkan. 86, mas! Gue juga nggak minta bantuan macam-macam sebelum sidang karena gue tau keadaan kantor seperti apa, cukup sebuah dukungan beberapa jam sebelum gue sidang dari rekan kerja di redaksi, Mas Yorgi, Mate, Dosir, Uwie, Niken, Ega, Fikar, Wahyu, Bang Gats, mas Budi, Om Daus, Mas Ilham, Agassi, Gita, Rian, Zaki, Sobri, Prana, Mas Ryo, Satria, Runi, Rama, Alvin, Mas Imam, Bang Frans. Terkejut? Ya begitulah. Terpaksa hari H cuti, mungkin menjadi harus ketika gue berpikir ini hari penentuan gue setelah empat tahun menjalani ini. Semangat bikin karya juga semakin meningkat ketika penulis ternama Edi Dimyati mengajak "kencan" dengan penerbit besar di Jakarta yang kemudian membuahkan hasil yang maksimal, terima kasih dari bumi ke langit, Mas Edi dan Mas Ketut. Selain ilustrator handal, Om Gio juga menawarkan bantuan untuk menulis makalah, gue malah bingung karena gue juga buta banget kalau disuruh nulis yang baku. Tapi tulisan abstrak gue dibantu translate sama guru bahasa Inggris, Bung Adhie. Terima kasih atas dukungannya.
Eris lele, Tante Yudieth.. Kalau waktu itu nggak jadi ketemuan, mungkin gue sudah terpuruk. Oke gue lebay, thank you so much buat malam itu walaupun gue sempat berfikir beruntungnya gue masih bisa ketemu kalian setelah mendengar kabar mengerikan itu. Terus ketemu, update kabar, gue nggak mau kehilangan kalian!
Untuk semua yang memberi respon email gue, banyaknya pertanyaan yang dijawab dan share cerita yang unik dan absurd mungkin sedikit menyusahkan juga membingungkan temanya, tapi hasil karya gue jadi punya alasan karena jawaban kalian. Ini serius, eh gitu deh, Kadek, Atha, Adnan, Aa Boniex, Hans Kotaro minami, Indah. Hey kalian juga Bebek Joko ladies, Chitra, Mpokgaga, Ajeng, yang punya cerita absurd tentang toilet, makasih banyak, kuliah gue kelar coooooy.. traktir gue udon dong, *eh.
Sidang selesai membawa gue ke lapangan futsal lagi di gedung pentagon Palmerah Selatan, sama tim futsal putri GOM, dua pertandingan gue cuma dapat dua gol di pertandingan pertama. Mungkin benar-benar gol pelampiasan, satu gol "tendangan setelah menikah" dan satu lagi gol "tendangan setelah tugas akhir" istilahnya. Thanks, gals atas dukungunnya, tiga kali latihan sekip terus. Final match juga nggak bisa gabung karena harus beresin laporan sama dosen. Coach Adit, terima kasih banyak sudah mau jadi pelatih cewek-cewek tangguh ini, juga kesempatan yang dikasih buat keringetan cantik di lapangan.
Banyak dukungan, banyak bantuan, banyak orang yang gue ajak ngomong demi menenangkan pikiran. Nggak cuma suami, tukang gado-gado depan kantor juga gue ajak ngobrol. Bukan cuma bantuan ngerjain semua tugas, belajar dan dengar cerita dari orang yang semangatnya menggila bikin gue sadar dan paling nggak bikin gue terpacu untuk ikutan semangat. Beberapa kali menepis energi negatif, demi terkumpulnya energi positif.
Terima kasih untuk orang-orang yang terlibat dalam proses pengerjaan tugas akhir gue. Dari suami, keluarga, sahabat terdekat, teman-teman, rekan kerja, operator cetak, tukang ojek, supir taksi, supir angkot, supir bis, sampai yang memberi selamat setelah gue lulus sidang. Terima kasih atas pengertian dan perhatiannya. Maaf jika ada salah kata yang terucap maupun yang tertulis.
Semoga semua bahagia, semua sehat.
Salam dari sarjanawati. Hehehe..
Cheers!
Gue izin, gue cuti, gue izin, gue telat, cuma mas Bo yang paling sabar sama kelakuan gue belakangan ini, dia selalu diposisi sebagai orang yang paling pengertian, walaupun kayaknya kesel karena gue mulai nggak fokus sama kerjaan. Maafkan juniormu ini, selalu nyusahin dan bikin bingung, cuma mau memisahkan antara kerjaan dan kehidupan gue yang lain, demi seminggu kepala melintir menyelesaikan segalanya. Mas Danie yang panik saat gue minta izin untuk fokus ke tugas akhir ini, akhirnya bisa nyengir lagi saat hasil sidang gue sudah diumumkan. 86, mas! Gue juga nggak minta bantuan macam-macam sebelum sidang karena gue tau keadaan kantor seperti apa, cukup sebuah dukungan beberapa jam sebelum gue sidang dari rekan kerja di redaksi, Mas Yorgi, Mate, Dosir, Uwie, Niken, Ega, Fikar, Wahyu, Bang Gats, mas Budi, Om Daus, Mas Ilham, Agassi, Gita, Rian, Zaki, Sobri, Prana, Mas Ryo, Satria, Runi, Rama, Alvin, Mas Imam, Bang Frans. Terkejut? Ya begitulah. Terpaksa hari H cuti, mungkin menjadi harus ketika gue berpikir ini hari penentuan gue setelah empat tahun menjalani ini. Semangat bikin karya juga semakin meningkat ketika penulis ternama Edi Dimyati mengajak "kencan" dengan penerbit besar di Jakarta yang kemudian membuahkan hasil yang maksimal, terima kasih dari bumi ke langit, Mas Edi dan Mas Ketut. Selain ilustrator handal, Om Gio juga menawarkan bantuan untuk menulis makalah, gue malah bingung karena gue juga buta banget kalau disuruh nulis yang baku. Tapi tulisan abstrak gue dibantu translate sama guru bahasa Inggris, Bung Adhie. Terima kasih atas dukungannya.
Eris lele, Tante Yudieth.. Kalau waktu itu nggak jadi ketemuan, mungkin gue sudah terpuruk. Oke gue lebay, thank you so much buat malam itu walaupun gue sempat berfikir beruntungnya gue masih bisa ketemu kalian setelah mendengar kabar mengerikan itu. Terus ketemu, update kabar, gue nggak mau kehilangan kalian!
Untuk semua yang memberi respon email gue, banyaknya pertanyaan yang dijawab dan share cerita yang unik dan absurd mungkin sedikit menyusahkan juga membingungkan temanya, tapi hasil karya gue jadi punya alasan karena jawaban kalian. Ini serius, eh gitu deh, Kadek, Atha, Adnan, Aa Boniex, Hans Kotaro minami, Indah. Hey kalian juga Bebek Joko ladies, Chitra, Mpokgaga, Ajeng, yang punya cerita absurd tentang toilet, makasih banyak, kuliah gue kelar coooooy.. traktir gue udon dong, *eh.
Sidang selesai membawa gue ke lapangan futsal lagi di gedung pentagon Palmerah Selatan, sama tim futsal putri GOM, dua pertandingan gue cuma dapat dua gol di pertandingan pertama. Mungkin benar-benar gol pelampiasan, satu gol "tendangan setelah menikah" dan satu lagi gol "tendangan setelah tugas akhir" istilahnya. Thanks, gals atas dukungunnya, tiga kali latihan sekip terus. Final match juga nggak bisa gabung karena harus beresin laporan sama dosen. Coach Adit, terima kasih banyak sudah mau jadi pelatih cewek-cewek tangguh ini, juga kesempatan yang dikasih buat keringetan cantik di lapangan.
Banyak dukungan, banyak bantuan, banyak orang yang gue ajak ngomong demi menenangkan pikiran. Nggak cuma suami, tukang gado-gado depan kantor juga gue ajak ngobrol. Bukan cuma bantuan ngerjain semua tugas, belajar dan dengar cerita dari orang yang semangatnya menggila bikin gue sadar dan paling nggak bikin gue terpacu untuk ikutan semangat. Beberapa kali menepis energi negatif, demi terkumpulnya energi positif.
Terima kasih untuk orang-orang yang terlibat dalam proses pengerjaan tugas akhir gue. Dari suami, keluarga, sahabat terdekat, teman-teman, rekan kerja, operator cetak, tukang ojek, supir taksi, supir angkot, supir bis, sampai yang memberi selamat setelah gue lulus sidang. Terima kasih atas pengertian dan perhatiannya. Maaf jika ada salah kata yang terucap maupun yang tertulis.
Semoga semua bahagia, semua sehat.
Salam dari sarjanawati. Hehehe..
Cheers!