Well, namanya juga bocah, di rumah gw lebih cekatan kalau ada masalah luka. Si mama jarinya ke iris pisau, gw langsung lari ambil obat merah dan plester. Kakak gw lecet-lecet jatoh dilapangan bola, gw siap ngobatin. Sampai pada saatnya gw pernah ngoleksi macam-macam plester, dari yang biasa-biasa saja, berwarna dan berpola, sampai yang bentuknya aneh-aneh. Jaman SMP gw ikutan ekskul PMR, dan sempat jadi ketuanya. Sikap yang seperti itu yang gw maksud untuk memilih menjadi dokter kalau sudah besar nanti.
Waktu terus berjalan cita-cita itu buyar setelah SMA jadi OSIS dan lebih seneng ngurusin orang, jiwa sosial tinggi, nilai rendah lalu masuk jurusan IPS di kelas tiga. Jleb. Dibilang bego nggak masuk IPA, gw cuma ketawa-ketawa.
Ternyata, setelah gw cerai dengan cita-cita yang berlebihan itu, sadar bahwa gw ternyata lebih kreatif kalau berpikir. Kalau saja benar jadi dokter dengan tingkat imajinasi tinggi, pasiennya bakal jadi apa? Diingat-ingat kalau gw dari TK suka banget sama kelas kerajinan tangan, gambar, menang beberapa lomba menggambar, dan disitulah ilmu pasti gw berpudar.
Mari tingkatkan imajinasi!!
Mengkhayal kelamaan, akhirnya bingung saat lulus.
"Kuliah apa kamu jadinya?", si papa mulai khawatir anaknya nggak jadi apa-apa.
Hmmm...
Jadi, sekarang cita-citanya jadi apa?
Jadi Orang Kaya!